Header Ads Widget


 

Urgensi Transformasi Komunikasi Peradaban melalui Digitalisasi Kitab Turats di Perpustakaan Indonesia



بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Urgensi Transformasi Komunikasi Peradaban melalui Digitalisasi Kitab Turats di Perpustakaan Indonesia

Oleh: Tuan M. Yoserizal Saragih, M.I.Kom
(Menyongsong Hari Santri)

Di tengah arus globalisasi dan revolusi digital, dunia pendidikan dan keagamaan Nusantara menghadapi tantangan besar: bagaimana menjaga khazanah intelektual Islam klasik (kitab turats) agar tetap hidup dan relevan bagi masyarakat kontemporer. Kitab turats berisi kekayaan pemikiran ulama klasik, tafsir, fikih, tasawuf, dan tradisi intelektual Islam yang menjadi fondasi peradaban Nusantara. Jika tidak dikelola dengan baik, kekayaan ini berpotensi terpinggirkan oleh derasnya informasi instan yang sering kali miskin verifikasi.

Menteri Agama RI, Almukaram Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A., dalam berbagai kesempatan dengan penuh ketulusan mengingatkan pentingnya kitab turats sebagai khazanah keilmuan Islam yang harus dijaga dan dikembangkan. Pandangan tersebut juga dapat memiliki makna perlunya perhatian yang lebih serius sebagai upaya memperkuat identitas keilmuan Indonesia. Gagasan ini bukan sekadar pelestarian, tetapi juga penguatan ekosistem intelektual Islam Nusantara agar terus berkontribusi bagi kemajuan peradaban global. Dengan mendorong pengkajian dan digitalisasi turats, mengajak para akademisi, santri, dan masyarakat luas untuk menghidupkan kembali dialog keilmuan klasik dengan semangat bangun peradaban berkarakter Ulul albab penguatan kehidupan beragama berbangsa bernilai luhur butir pancasila.

Digitalisasi kitab turats di Perpustakaan Indonesia menjadi instrumen vital untuk mewujudkan transformasi ini. Perpustakaan nasional dan perpustakaan-perpustakaan daerah dapat menjadi pusat penyimpanan, pengelolaan, sekaligus distribusi ilmu klasik secara modern. Koleksi turats yang tersimpan dalam bentuk fisik dapat diubah menjadi format digital, diindeks, dan disajikan dengan metadata yang rapi sehingga mudah diakses oleh mahasiswa, peneliti, dan masyarakat umum. Langkah ini sejalan dengan tren global open access knowledge, tetapi tetap menjaga otentisitas naskah dan integritas sumbernya.

Transformasi ini juga memerlukan pendekatan komunikasi peradaban. Artinya, digitalisasi turats tidak berhenti pada teknis pemindaian, tetapi harus diiringi dengan strategi komunikasi publik yang membumikan nilai-nilai kitab klasik dalam bahasa yang relevan dengan generasi sekarang. Melalui komunikasi yang tepat baik lewat media massa, platform digital, maupun forum ilmiah pesan-pesan universal turats seperti keadilan, kepedulian sosial, moderasi, dan spiritualitas dapat disampaikan secara efektif dan membentuk kesadaran kolektif baru.

Urgensi transformasi komunikasi peradaban ini tampak dalam tiga hal penting. Pertama, penjagaan warisan intelektual: digitalisasi menjamin keberlangsungan turats tanpa mengorbankan autentisitasnya. Kedua, penyebaran ilmu pengetahuan yang inklusif: akses digital memperluas jangkauan turats dari pesantren hingga kampus internasional. Ketiga, penguatan identitas Nusantara di panggung global: ketika turats Nusantara terdigitalisasi dan terdokumentasi dengan baik, dunia dapat melihat kontribusi Islam Indonesia dalam membangun peradaban yang toleran, plural, dan beradab.

Perpustakaan Indonesia memiliki posisi strategis untuk menjadi pusat transformasi ini. Dengan teknologi informasi mutakhir, jejaring internasional, dan dukungan kebijakan publik, perpustakaan dapat menjadi rumah bersama bagi ilmu klasik dan modern. Kolaborasi antara Kementerian Agama, Perpustakaan Nasional, perguruan tinggi, pesantren, dan komunitas digital akan menciptakan ekosistem keilmuan yang berkelanjutan dan akuntabel. Inilah wujud nyata komunikasi peradaban: sinergi lintas lembaga dan generasi demi kemaslahatan ilmu.

Langkah ini juga memberikan peluang baru bagi pengembangan literasi digital masyarakat. Mengakses kitab turats secara daring akan mendorong pembaca untuk memahami metodologi, konteks sejarah, dan nilai-nilai universalnya, sehingga tidak mudah terjebak dalam disinformasi atau narasi sempit. Dengan demikian, digitalisasi turats bukan hanya proyek teknis, tetapi bagian dari pendidikan komunikasi yang mencerahkan publik dan memperkuat daya saing bangsa.

Menyambut jabaran narasi diatas, sudah saatnya semua pihak melihat digitalisasi turats bukan sekadar upaya pelestarian, melainkan sebagai transformasi komunikasi peradaban. Dengan dukungan penuh perpustakaan Indonesia dan kemajuan teknologi informasi, khazanah keilmuan Islam Nusantara akan tetap hidup, tumbuh, dan memberi kontribusi nyata bagi pembangunan moral, spiritual, dan intelektual bangsa.

(Penulis adalah Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumatera Utara - Santri)
صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّد صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Posting Komentar

0 Komentar