بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Ibadah Qurban dalam Komunikasi Profetik dan Eko-Teologi Islam: Rahmatan lil ‘Alamin
Oleh : Tuan M Yoserizal Saragih, M.I.Kom
Ibadah qurban tidak hanya menjadi simbol pengorbanan spiritual, tetapi juga sarana komunikasi transendental dan sosial yang sarat makna ekologis. Di tengah krisis lingkungan global dan ketimpangan sosial, praktik qurban semakin dituntut untuk dihadirkan secara bertanggung jawab. Dengan pendekatan komunikasi profetik dan eko-teologi Islam, qurban dapat dibaca ulang sebagai bagian dari solusi spiritual dan praksis terhadap tantangan zaman. Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin hadir melalui ibadah qurban memadukan ketundukan kepada Allah SWT dengan tanggung jawab atas semesta ciptaan Nya.
Komunikasi Profetik dalam Qurban
Komunikasi profetik adalah transmisi nilai-nilai wahyu melalui laku nyata menyampaikan pesan ke-Tuhanan, kemanusiaan, dan keadilan sosial. Dalam ibadah qurban, komunikasi ini terejawantah melalui simbol penyembelihan dan distribusi daging, yang bukan hanya bentuk pengabdian, tetapi juga seruan solidaritas sosial dan kesadaran akan rezeki bersama.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang sampai kepada-Nya.”
(QS. Al-Ḥajj : 37)
Ayat ini menggarisbawahi bahwa inti dari qurban adalah ketakwaan dan kesadaran spiritual, bukan aspek material semata. Maka, komunikasi profetik qurban menjadi jembatan antara makna batin dan laku sosial yang nyata.
Qurban sebagai Manifestasi Eko-Teologi Islam
Eko-teologi Islam berpijak pada dua prinsip utama: khalifah dan amanah. Manusia ditugaskan bukan untuk mengeksploitasi, tetapi merawat bumi sebagai bagian dari ibadah.
Qurban dalam konteks ini menekankan:
Pelaksanaan yang beretika dan berkelanjutan,
Pemilihan hewan yang layak dan disembelih dengan ihsan,
Pengelolaan limbah dan distribusi yang ramah lingkungan.
Hadis Nabi Muhammad ﷺ:
إِنَّ ٱللَّهَ كَتَبَ ٱلإِحْسَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا ٱلْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا ٱلذِّبْحَ
“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan (baik) pada segala sesuatu. Jika kalian menyembelih, sembelihlah dengan cara yang baik.”
(HR. Muslim No. 1955)
Hadis ini menjadi landasan etika ekologis Islam, bahwa bahkan dalam menyembelih pun, harus ada kasih sayang, efisiensi, dan kesadaran spiritual terhadap makhluk Allah.
Green Qurban sebagai Diplomasi Islam Global
Gerakan Green Qurban dan distribusi berkelanjutan yang menghindari pemborosan, plastik sekali pakai, dan distribusi eksklusif adalah bentuk soft power Islam. Qurban dapat menjadi diplomasi spiritual dan ekologis, menguatkan peran Islam dalam agenda SDGs (Sustainable Development Goals).
Komunikasi profetik dalam narasi qurban mendorong umat Islam untuk menyuarakan nilai-nilai tauhid, keberlanjutan, dan keadilan sosial secara bersamaan tidak hanya dalam khutbah, tetapi juga dalam kebijakan dan aksi.
Kesimpulan
Ibadah qurban dalam perspektif komunikasi profetik dan eko-teologi Islam adalah model ibadah yang utuh menyatukan dimensi vertikal (penghambaan kepada Allah) dan dimensi horizontal (kepedulian kepada sesama dan alam). Dengan pendekatan ini, qurban menjadi bagian dari solusi global atas kerusakan ekologi, krisis pangan, dan erosi nilai-nilai solidaritas sosial.
Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin bukan sekadar semboyan, tapi realitas yang bisa diwujudkan melalui tata kelola qurban yang berkelanjutan, adil, dan spiritual.
(Selamat Hari Raya Idul Adha 1446 H ...Semoga Ibadah qurban ibadah haji dan segala amal ibadah kita dalam keridhoan allah swt )
صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّد صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
0 Komentar