![]() |
Rektor UIN Sumut Yang Mulia Ibunda Prof. Dr. Hj Nurhayati, M.Ag bersama Bapak Dr. H. Eddy Soeparno, SH., MH, Wakil Ketua MPR RI |
بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Pada hari Selasa, 17 Juni 2025, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara menerima kehormatan luar biasa dengan kehadiran Wakil Ketua MPR RI, Yang Mulia Bapak Dr. H. Eddy Soeparno, SH., MH, dalam program nasional “MPR RI Goes To Campus.” Tema yang diangkat “Urgensi Transisi Energi dalam Mencegah Dampak Perubahan Iklim” menjadi titik temu strategis antara isu kebangsaan, keilmuan, dan ketahanan ekologis. Kepedulian ini sebagai bentuk kepedulian nasional.
Rektor UIN Sumatera Utara, Yang Mulia Ibunda Prof. Dr. Hj. Nurhayati, M.Ag sebagai pembuka acara dalam pandangan pidatonya Apresiasi atas keberhadiran serta atensi yang diberikan kepada UIN Sumatera Utara sehingga menjadi bagian yg diikut sertakan dalam program MPR RI Goes To Campus'' dengan Thema yg diusung Urgensi transisi energi dalam mencegah dampak perubahan iklim langsung dipandu Wakil Ketua MPR RI Yang Mulia Bapak Dr Eddy Suparman, SH, MH. Selanjutnya... '' menegaskan bahwa kampus sebagai benteng ilmu pengetahuan dan etika memiliki tanggung jawab besar dalam membangun kesadaran ekologi kolektif bangsa, menekankan pentingnya menjadikan nilai-nilai maqāshid al-syarī‘ah sebagai fondasi filosofis dan praktis dalam membangun keadilan energi dan ekologis.
Ada delapan prinsip maqāshid yang beliau paparkan meliputi:
1. Hifz al-Dīn (Menjaga agama)
2. Hifz al-Nafs (Menjaga jiwa)
3. Hifz al-‘Aql (Menjaga akal)
4. Hifz al-Māl (Menjaga harta)
5. Hifz al-Nasl (Menjaga keturunan)
6. Hifz al-‘Irdh (Menjaga kehormatan)
7. Hifz al-Bī’ah (Menjaga lingkungan)
8. Hifz al-Waṭan (Menjaga tanah air)
Rektor UIN Sumut menyebut bahwa menjaga lingkungan bukan sekadar tindakan ekologis, tetapi juga bentuk pengabdian teologis, amanah terhadap Allah dan tanggung jawab terhadap generasi masa depan.
Selanjutnya Wakil Ketua MPR RI yang mulia Bapak Dr. Eddy Soeparno dalam paparan pidatonya ''menegaskan pandangannya bahwa konstitusi Indonesia telah meletakkan dasar kuat bagi perlindungan lingkungan, mengutip: pasal 28H ayat (1) UUD 1945, pasal 33 ayat (4) UUD 1945.
Indonesia sebagai negara kaya sumber daya harus mengedepankan prinsip keadilan ekologis, melibatkan generasi muda dan institusi pendidikan tinggi sebagai motor perubahan.
Selanjutnya Wakil Rektor IV Tuan Guru Prof Dr H Muzakir, MA yg juga tampil sebagai nara sumber
Kerusakan lingkungan dewasa ini menunjukkan melemahnya kesadaran spiritual manusia dalam memperlakukan alam sesuai fungsinya sebagai amanah dari Tuhan. Dalam Islam, manusia diberi mandat sebagai khalifah di bumi, yang bertugas menjaga dan merawat alam, bukan mengeksploitasinya. Tasawuf memandang alam sebagai barakah, ayat (tanda-tanda Tuhan), dan sarana mi’raj spiritual. Oleh karena itu, hubungan manusia dengan alam seharusnya dibangun di atas dasar penghormatan, kasih sayang, dan tanggung jawab moral.
Ajaran tasawuf menawarkan nilai-nilai luhur yang relevan dalam membangun etika lingkungan. Mahabbah mengajarkan cinta dan kepedulian terhadap alam; uzlah mengajak manusia untuk merenungi ciptaan Allah secara mendalam; zuhud membentuk sikap menahan diri dari kerakusan terhadap sumber daya alam; dan ma’rifat menanamkan kesadaran spiritual sebagai landasan keadilan dan keseimbangan ekologis. Nilai-nilai ini mendorong terciptanya harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan sebagai satu kesatuan ciptaan.
UIN Sumatera Utara (UINSU) mengambil peran aktif dalam mendorong ekoteologi melalui pusat studi lingkungan dan program Sustainable Development Goals (SDGs). Dengan visi menjadi kampus hijau dan berkelanjutan pada 2030, UINSU menerapkan prinsip Green Metric, mengedukasi masyarakat, dan membangun kemitraan lintas sektor dalam pelestarian lingkungan. Melalui integrasi spiritualitas, akademik, dan aksi sosial, UINSU berkomitmen menanamkan kembali kearifan ekologis dalam kesadaran kolektif umat.
Dukungan acara ini berhadir para pimpinan universitas, Para Wakil Rektor Kepala Biro AAKK Bapak Dr. H Tohar Bayoangin, M.Ag, Kepala Biro AUPK Drs H Ibnu Sa'dan, M.Pd, Dekan FIS Bapak Prof Dr H Mesiono,M.Pd, Dekan FUSI Bapak Dr H Maraimbang Daulay, MA, Dekan FSH Bapak Dr H Syafrudin Syam, MA dan Para Dekan dilingkungan UIN Sumut serta Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial M. Yoserizal Saragih, M.I.Kom serta para wakil dekan III di lingkungan UIN Sumut. Juga berhadir Wakil Direktur Pascasarjana, Prof. Dr. Hj. Nurussakinah Daulay, M.Psi, Dr Agusman Damanik, MA Sekretaris Prodi PPI FUSI dan Kepala Perpustakaan UIN SU, Hidayati Raudah Hutasoit, S.Sos, serta para pejabat, Dosen dan kepala pusat di lingkungan UIN Sumatera Utara. Dan Tamu Undangan Sultan Deli Ke 14 Almukaram Sri Paduka Tuanku Sultan Mahmud Arya lamanjiji Perkasa Alamsyah.
Dalam season selanjutnya dibuka forum tanya jawab, diantara nya oleh Bapak Prof. Dr. H. Idris, MP, selaku Kepala Pusat Studi Lingkungan, menegaskan bahwa pendekatan transdisipliner menggabungkan keilmuan Islam, sains, dan sosial-humaniora adalah jalan utama menuju perubahan kebijakan berkelanjutan. Dari kalangan mahasiswa Dina Mahasiswi FIS UIN Sumut aktif dalam Komunitas Dewan Energi Mahasiswa Sumatera Utara, menyampaikan apresiasi atas dilibatkan nya mahasiswa dalam mengembangkan literasi energi alternatif dan inovasi lingkungan berbasis masyarakat. Juga Edwan Siahaan, mahasiswa FIS, mengusulkan agar program KKN ke depan diarahkan ke proyek penghijauan dan konservasi desa, sebagai bentuk nyata kontribusi mahasiswa terhadap solusi iklim dan beberapa pertanyaan dari mahasiswa lainnya dari fakultas yg berbeda.
Ket Foto : berjabat tangan Sultan Deli Ke 14 Almukaram Sri Paduka Tuanku Sultan Mahmud Arya lamanjiji Perkasa Alamsyah bersama Tuan M. Yoserizal Saragih, M.I.Kom Wadek 3 FIS UIN Sumut
Selanjutnya Wakil Dekan III FIS, Tuan M. Yoserizal Saragih, M.I.Kom, memberikan keterangannya pada pers “Alhamdulillah, ini sebuah kebaikan atas berhadirnya Wakil ketua MPR RI Bapak Dr Eddy Soeparnoe memberikan sosialisasi edukasi ecologi akademik. Ini adalah momentum transformatif bagi kampus. Dan mengapresiasi kerja keras panitia, terutama WR IV Prof. Dr. H. Muzakir, MA. Sehingga kegiatan ini berjalan dengan baik dan tentunya kepada segenap panitia.
Nah dalam hal ini ..saya mengambil pelajaran masyarakat adat seperti Suku Baduy, yang menjaga hutan dan air sebagai bagian dari tradisi ecokulturalisme. Inilah saatnya mengintegrasikan kearifan lokal,ecologi, eco theologi - tasawuf, dan sains mendukung lainnya sebagai langkah strategi nasional pada rumusan kebijakan selanjutnya.
صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّد صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
0 Komentar